Jalan Malioboro, Wisata Yogyakarta nan Ramah dan Indah

Posted on

Malioboro Yogyakarta merupakan salah satu tempat wisata yang paling terkenal di Indonesia, terutama bagi mereka yang suka berbelanja oleh-oleh. Tetapi tahukah Anda bahwa ada sejarah erat yang terkait dengan kenapa tempat ini diberi nama Malioboro? Di dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah nama Malioboro yang melegenda.

Asal Mula Nama Malioboro

Adalah Sultan Hamengkubuwono I yang pertama kali memberikan nama Malioboro pada sebuah distrik di Yogyakarta. Namun, tahukah Anda dari mana asal mula nama ‘Malioboro’? Ada beberapa versi mengenai hal ini.

Untuk versi pertama, asal mula nama Malioboro berasal dari bahasa Belanda yaitu ‘Marlborough’. Ini karena jalan ini bernama ‘Marlboroughweg’ pada zaman penjajahan Belanda, namun kemudian disingkat menjadi ‘Malioboro’. Ada juga yang berpendapat bahwa ‘Malioboro’ berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘mala’ yang artinya menghapuskan, dan ‘yudha’ yang artinya perang. Dalam artian luas, Malioboro bisa diartikan sebagai jalan yang membawa kita untuk melupakan perang.

Sejarah Pembentukan Jalan Malioboro

Malioboro merupakan salah satu distrik pertama yang dibangun ketika Yogyakarta menjadi ibukota Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1755. Distrik ini awalnya dibangun sebagai jalan utama dari kraton menuju Benteng Vredeburg, benteng pertahanan Belanda di Yogyakarta pada masa kolonial. Jalan ini kemudian menjadi pusat perdagangan Yogyakarta sehingga muncul berbagai macam toko dan pedagang.

Pada tahun 1930-an, jalan Malioboro sempat mengalami perombakan besar-besaran pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Tjokroaminoto. Jalan ini mulai dibangun menjadi lebih lebar dan dicor ulang. Tempat-tempat bersejarah seperti Taman Sari, Candi Benteng Vredeburg, dan Masjid Gedhe Kauman yang berada di sekitar jalan Malioboro juga mulai diperbaiki dan dijaga konservasi.

Bagi penikmat wisata, keistimewaan jalan Malioboro tidak hanya terletak pada sejarahnya yang panjang, tetapi juga pada budaya dan tradisi yang hidup di sekitarnya. Di Jalan Malioboro, Anda bisa menemukan berbagai macam kerajinan tangan khas Yogyakarta seperti batik, wayang, aksesoris, dan lain-lain. Ada juga berbagai macam makanan khas Yogyakarta yang bisa dicicipi, seperti gudeg, bakpia, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, di Malioboro juga terdapat berbagai macam acara budaya seperti Grebeg Maulud, Parade Budaya Malioboro, dan lain-lain. Selain itu, di sana juga terdapat berbagai macam kesenian tradisional seperti tari-tarian dan gamelan.

Budaya Barongsai di Jalan Malioboro

Salah satu hal menarik yang bisa Anda temukan di distrik Malioboro adalah parade Barongsai. Barongsai sendiri merupakan kesenian tradisional China yang sudah dipopulerkan di Indonesia sejak zaman kolonial. Ketika China mulai dijajah oleh Jepang pada tahun 1930-an, banyak masyarakat China yang melarikan diri ke Indonesia, termasuk Yogyakarta.

Di Yogyakarta, parade Barongsai menjadi salah satu bagian dari acara cap go meh yaitu perayaan pada hari ke-15 di bulan pertama kalender China. Parade Barongsai juga menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat China di Yogyakarta, dan biasanya diadakan saat Imlek.

Malioboro sudah menjadi ikon pariwisata Yogyakarta sejak lama. Selain sebagai pusat perdagangan dan kegiatan budaya, Malioboro juga menyimpan sejarah yang panjang. Kenapa jalan ini diberi nama Malioboro masih menjadi misteri hingga saat ini, tetapi banyak versi yang menghubungkannya dengan perang dan juga dengan penjajahan Belanda.

Seiring perkembangan zaman, jalan Malioboro semakin dimodernisasi, tetapi keistimewaan dan daya tariknya sebagai pusat perdagangan dan kegiatan budaya tetap bertahan. Bagi Anda yang belum pernah mengunjungi jalan Malioboro, cobalah berkunjung dan rasakan langsung keindahan dan keunikannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *