Wisata Budaya Terbaik Mengenal 3 Tari Bali

Posted on

Pulau Bali identik dengan beragam tari – tarian tradisional yang mewarnai berbagai hiburan rakyat dan kerap digelar pada hari – hari tertentu di desa – desa adat di Bali seperti Ubud. Padahal yang sebenarnya adalah tari – tari Bali tersebut seharusnya merupakan sebuah tarian sakral untuk memeriahkan berbagai upacara adat dan budaya Bali yang sedang berlangsung di desa masing – masing.

Hingga saat ini beberapa tarian tradisional asli Pulau Dewata lebih sering dipentaskan sebagai tarian komersial untuk tujuan mendukung industri income sektor pariwisata di Bali dalam hal menarik minat dan mendatangkan turis asing menjadi lebih banyak.

Tarian – tarian berikut ini dibawah merupakan 3 jenis tari asli Bali yang saat ini telah menjadi tarian yang bersifat komersial di hadapan tourist manca negara dan kerap dengan sengaja dihadirkan untuk menjual tempat – tempat wisata tertentu di suatu kawasan yang memang menarik dan layak untuk dijadikan daerah wisata.

Sumber Gambar : Wikipedia

Tari kecak. Saat ini tari kecak diyakini sebagai tarian tradisional untuk menghubungkan antara manusia dengan Dewa – Dewa Hindhu agar mereka mampu untuk saling berkomunikasi tentang harapan – harapan yang dikehendaki Yang Maha Suci supaya dilakukan oleh manusia dengan kesadaran hati dan pikiran. Tarian ini dapat berupa sebuah alur cerita tentang Ramayana pun bisa dihadirkan dalam beragam variasi sesuai dengan perkembangan jaman.

Namun anda jangan lupa bahwa inti dari tarian ini sebenarnya adalah mengenai kisah Ramayana yang berjuang dalam sebuah perang besar untuk melawan Rahwana. Puluhan laki – laki muda dibutuhkan dalam Tari Kecak untuk menyerukan suara sebagai yel pemberi semangat yaitu “cak, cak dan cak” untuk menjadi pengiring tarian ritual tersebut menjadi marak. Beberapa lakon dibuat dan dipersiapkan untuk keberhasilan pentas seperti diperlukan gerak luwes seorang raja muda yang rupawan bernama Rama, gerakan – gerakan manis dan lembut dari tokoh ratu bernama Shinta, atau Rahwana, Hanoman dan Sugriwa.

Dalam pertunjukan selanjutnya, biasanya akan ada beberapa orang yang tidak sadarkan diri atau kesurupan. Orang – orang tersebut akan berada dalam masa desosiasi atau masa kerasukan roh halus dari laut atau pura dimana tarian ini sedang digelar. Inilah waktunya bagi Dewa – Dewa untuk melakukan komunikasi dengan manusia yang menyembahnya guna memperoleh kemakmuran.

Tari Pendet. Saat masyarakat Bali akan menuju ke pura untuk melakukan sebuah upacara adat pada hari – hari tertentu, biasanya Tari Pendet kerap dipertontonkan di sana sebagai simbol pemujaan pada Dewa – Dewa di Bali perlambang kesuburan dan kemakmuran. Lambang tari ini sendiri adalah untuk menyambut kedatangan para Dewata agar bersedia turun ke dunia guna memberi wahyu kepada umat manusia.

Tari Pendet pada awalnya hanya boleh dilakukan oleh para wanita yang belum menikah tetapi sudah berusia akil balik. Namun saat ini Tari Pendek sudah bisa dilakukan oleh individu atau berkelompok baik itu oleh wanita ataupun pria. Pada umumnya, mereka sebelumnya telah melakukan latihan tarian secara rutin dimasing – masing banjarnya. Wanita atau pria yang lebih muda akan mengikuti latihan yang diberikan oleh mereka yang lebih senior sehingga diharapkan dengan adanya pengaturan posisi penari beserta persiapan lainnya akan bisa terlihat sempurna dari senior ke junior seperti pengaturan mulai dari depan / di atas panggung hingga ke belakang, persiapan tata rias / pakaian dan asesoris lainnya sebagai kesempurnaan sebuah pagelaran tari.

Para penari akan membawa kendi, cawan serta perlengkapan sesajen lainnya ketika mereka mulai mempersembahkan tarian ini di depan umum. Hal ini menjadi tanda bahwa penyambutan terhadap datangnya para Dewa penghuni sanggah / pura tersebut telah bisa dimulai. Anda yang menontonnya bisa menilai tarian tersebut dari baju – baju yang dikenakan oleh para penari tidaklah sama meskipun terbuat dari bahan sama seperti kain tenun prada tetapi memiliki motif lukisan berbeda – beda. Setiap penari mempunyai baju adat yang berbeda – beda karena tergantung dari asal banjar masing – masing yang menonjolkan seni lukis terhadap kain – kain tradisional khas banjar mereka.

Sekarang ini Tari Pendet sudah menjadi komersial dan sering dijadikan sebagai tarian selamat datang buat para tamu atau turis lokal dan mancanegara yang datang dari luar daerah untuk beberapa tujuan. Bahkan pada beberapa tempat wisata, restoran hingga hotel pun suka menghadirkan Tari Pendet di depan khalayak umum untuk tujuan hiburan tanpa disertai tujuan adat Bali.

Tari Barong. Filosofi tentang Tari Barong pada awalnya berasal dari suku kata barong yaitu bahruang, seekor hewan mitologi Hindhu yang memiliki tubuh besar dan kuat serta dipercaya mampu melindungi pengikutnya. Maka dari itu tarian ini kerap dipresentasikan buat masyarakat Bali untuk keperluan upacara adat guna memberikan simbol perlindungan keselamatan dan kemakmuran.

Tari Barong diwujudkan dalam bentuk binatang berkaki empat atau berkaki dua, terkadang menyerupai manusia purba. Setiap penari yang melakoninya diwajibkan mengenakan topeng kayu yang berasal dari tempat – tempat sakral seperti Pura Dalem yang berada di area kuburan. Sehingga diharapkan masyarakat Bali pun akan sanggup menyucikan diri sendiri melalui tarian ini. Sedangkan saat ditarikan di atas panggung, Tari Barong dihadirkan tanpa lakon dan diiringi dengan musik gamelan bernada ramai dan penuh semangat.

Tari Barong mempunyai keunikan yang membuat banyak orang suka menontonnya, tidak hanya berasal dari Bali saja melainkan turis asing pun suka melihat pertunjukan sakral tersebut, tetapi jika anda jeli, ada beberapa perbedaan antara satu pertunjukkan dengan pertunjukkan lainnya terhadap kesenian Tari Barong. Perbedaan tersebut adalah terletak pada topeng dan bentuk badannya. Bentuk topeng barong pada umumnya terbagi menjadi 6 yaitu Barong Singa yang melambangkan kebaikan, Barong Landung yang berwujud raksasa, Barong Celeng berbentuk babi hutan, Barong Macan, Barong Naga dan Barong Pilangrejo yang berbentuk singa.

Tari tarian Bali digolongkan sebagai tarian sakral, semi sakral, dan tarian untuk hiburan massal. Dimasukkannya tari – tarian tradisional Bali ke dalam daftar tersebut di atas merupakan salah satu bentuk pengakuan dunia internasional terhadap keberadaan adat dan budaya setempat sebagai penunjang suksesnya bidang pariwisata yang diharapkan mampu mendukung keberhasilan pembangunan daerah setempat dengan menonjolkan keberadaan seni tari tradisional Bali. Saat ini, di Indonesia telah mempunyai beberapa elemen budaya dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Elemen – elemen tersebut adalah wayang (2008), keris (2008), batik (2009), angklung (2010), Tari Saman (2011), dan Noken Papua (2012), serta satu program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik (2009). Berikut ini Tari Bali lainnya yang bisa menjadi destinasi wisata budaya terbaik indonesia :

  • Tari Tradisional Sanghyang Dedari.
  • Tari Tradisional Baris Upacara.
  • Tari Tradisonal Topeng Sidhakarya.
  • Tari Tradisional Dramatari Gambuh.
  • Tari Tradisional Rejang.

Demikian yang bisa kami ulas tentang 3 tari tradisional Bali yang saat ini telah menjadi pertunjukan komersil di mancanegara karena kesempurnaannya yang berhasil memikat hati para penonton dari masyarakat Bali dan turis lokal / asing.

Artikel by : wisataterbaik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *